Welcome to Lyne Halim Online Store...
Store Location
Sign Up | Log in.
0 items in your bag
Your shopping cart is empty!
| Konfirmasi Pembayaran

Lyne Halim - Hand Made Embroidery

  • Blouse
  • Skirt
  • Trousers
  • Dress
  • Gamis
  • Batik
  • Shipping
  • How To Order
Perbedaan Batik Jawa Tengah dan Batik Pesisir
Perbedaan Batik Jawa Tengah dan Batik Pesisir
Post Date: April 23, 2014

Ciri khas batik di Indonesia saat ini memiliki karakteristik motif dan warna-warna sesuai dengan kebudayaan di setiap daerah. Namun dahulu batik lebih identik dengan perpaduan warna coklat, putih, dan hitam. Batik inilah yang menjadi khas batik tradisional Jawa, khususnya di daerah Yogyakarta dan Surakarta yang memiliki pemerintahan kekeratonan. Indonesia memiliki dua daerah yang terkenal sebagai penghasil batik, yaitu di Jawa Tengah di Yogyakarta dan Surakarta, serta daerah pesisir utara Pulau Jawa, yaitu Pekalongan, lasem, dan Cirebon.

Kedua daerah penghasil batik tersebut memang memiliki karakteristik dan ciri khas yang sangat berbeda. Batik di daerah pesisir memiliki warna-warna yang cerah dan terang, sedangkan batik Yogyakarta dan Surakarta didominasi oleh warna coklat dan putih. Motif yang ditampilkan pada batik pesisir pun lebih eksplisit, misalnya pada motif binatang. Bedanya dengan batik di daerah Jawa, khusus pada motif hewan tidak ditampilkan secara eksplisit yang menunjukkan motif hewan. Sedangkan perbedaan lainnya pun dapat dilihat dari motif-motif setiap batik melalui arti atau nilai-nilai dibalik corak batik itu sendiri.

Batik Jawa Tengah yang disebut sebagai batik klasik memiliki tiga warna dasar, yaitu indigo blue (biru gelap), soga (coklat seperti pohon soga), dan putih atau putih kecoklatan (cream). Sedangkan pada batik pesisiran didominasi dengan warna cerah menyala seperti merah, biru, hijau, pink, dan warna lainnya. Namun jika dibandingkan harganya, batik pesisiran tentunya lebih komersil, karena harganya yang lebih terjangakau. Sementara itu batik klasik Jawa Tengah yang masih menggunakan teknik tulis (chanting) dan cap memang lebih mahal. Hal ini tidak terlepas dari teknik pembuatannya yang lebih sulit dan lebih lama, serta motif dibaliknya yang memiliki makna (nilai). Sedangkan pada batik pesisir makna dan nilai-nilai yang terkandung pada motifnya bukanlah yang utama. Perbedaan yang dihasilkan dari background budaya dan sosial yang berbeda ini tetap menjadikan batik sebagai masterpiece dalam dunia fashion.

View more »
Kain Batik Nusantara Berasal dari Jawa atau India?
Kain Batik Nusantara Berasal dari Jawa atau India?
Post Date: April 22, 2014

Kebanggaan Indonesia pada batik semakin tumbuh sejak batik dinobatkan sebagai Masterpiece of The Oral and Intangible Cultural Heritage of Humanity oleh Unesco. Jenis batik yang dicatatkan sebagai warisan budaya lisan dan non bendawi tersebut adalah batik tulis dan batik cap. Setelah itu, pada hari Jumat, 02 Oktober 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan hari tersebut sebagai hari Batik Nasional. Sejak itulah batik menjadi lebih populer dan semakin dibanggakan oleh masyarakat Indonesia. Para pegawai pemerintahan maupun instansi swasta pun telah membudayakan hari Jumat untuk memakai pakaian batik, sebagai baju kantor.

Itulah wajah batik saat ini yang semakin berkembang, selain motif-motif tradisional, semakin bermuculan pula berbagai motif modern yang dipengaruhi oleh perkembangan budaya dan sosial. Namun apabila ditilik ke belakang, dahulu wajah batik masih dalam gambaran sebagai kain istimewa yang hanya dipakai di lingkungan keraton (kerajaan). Jadi kemunculannya pun diperkirakan berasal dari keraton. Namun terdapat beberapa perbedaan mengenai lahirnya kain batik Nusantara di Indonesia.

Beberapa ahli menyatakan bahwa batik di Nusantara berasal dari India Selatan. Saat itu batik menjadi komoditas utama perdagangan antara Indonesia (Nusantara) dengan para pedagang di India Selatan. Namun ada beberapa yang menentang hal tersebut. Ada seorang ahli yang menyatakan bahwa Nusantara telah mengenal teknik pembuatan batik sebelum masuknya pengaruh India. Perkembangan batik di Indonesia telah mencapai kesempurnaannya pada abad ke-14 hingga ke-25. Sedangkan di India baru tercapai antara abad 17 hingga 29.

Pendapat tersebut semakin mengarah dengan adanya bukti berupa patung-patung candi di Indonesia di abad ke-9 yang melukiskan ornamen kawung, lereng, ceplok, dan motif cindhe. Meski begitu seorang peneliti lain, yaitu Nine Stephenson menyatakan bahwa asal mula batik belum bisa diketahui secara pasti, karena dokumentasi tertulis dari masa lalu yang masih ada. Nine juga menyebutkan bahwa Indonesia menjadi kawasan yang strategis sebagai tempat persinggahan para pedagang, sehingga terjadilah pertukaran budaya antar berbagai bangsa.

View more »
Nilai Batik di Lingkungan Keraton
Nilai Batik di Lingkungan Keraton
Post Date: April 21, 2014

Eksistensi batik dalam kesehariannya ditampilkan dari berbagai jenis pakaian seperti kemeja, blouse, rok (bawahan), jas, jaket, cardigan, celana, dress, dan mode pakaian lainnya. Masih dalam dunia fashion batik pun diaplikasikan pada tas, sepatu, syal, dan aksesoris. Sedangkan dalam bentuk kerajinan pun batik menjadi motif atau corak yang banyak digunakan saat ini. Hal ini tidak terlepas dari upaya batik yang keluar dari mainstreamnya sebagai pakaian yang identik digunakan oleh raja-raja dan keluarga keraton.

Menurut Mari Condronegoro, pada dasarnya batik adalah alat yang digunakan sebagai pakaian oleh raja-raja Jawa atau di lingkungan keraton. Kain batik dalam lingkungan keraton merupakan kelengkapan busana yang dipergunakan untuk segala keperluan, baik untuk sehari-hari, busana keprabon, atau untuk menghadiri upacara-upacara.

Asal mula batik yang sebagai hasil karya murni kerajaan, terutama Jawa sebenarnya masih menjadi perdebatan. Ada yang mengatakan bahwa batik sebenarnya berasal dari India, namun dengan harganya yang cukup mahal menjadikannya barang mewah, hanya kaum bangsawan saja yang mampu membelinya. Terlepas dari hal tersebut, menurut sejarah versi Jawa, pembuat batik di kalangan kraton awalnya dibuat oleh Putri raja. Dahulu seorang putri raja harus bisa membuat batik untuk melatih kesabaran.

Dalam lingkungan keraton sebenarnya batik memang sudah dipakai dalam keseharian yang biasanya dipadukan dengan atasan kebaya. Namun dalam memakai kain batik memiliki aturan tertentu, tidak semua motif batik dapat dipakai kapan saja. Karena itulah muncul motif batik larangan, yaitu motif atau corak gambar pada kain batik yang dianggap memiliki nilai-nilai tertentu.

Hal tersebut telah menyiratkan bahwa batik memang memiliki nilai-nilai luhur yang ada dibalik setiap motifnya. Nilai-nilai tersebut disesuaikan dengan konteks kehidupan sehari-hari yang memunculkan aturan-aturan pada pemakaiannya. Aturan tersbeut berlaku untuk siapa saja yang dapat memakai motif atau corak batik, serta kapan harus digunakan. Maka dari itu, banyak yang menyimpulkan ketika masyarakat sudah tidak menggunakan pakaian batik sebagai pakaian tradisional, batik menjadi pakaian resmi saat menghadiri acara-acara besar dan resmi.

View more »
|< < .... 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 > >|
Showing 991 to 993 of 994 (332 Pages)

Contact Us

 

Special Offer



About Us | Order Confirmation | Terms and Agreements | FAQ | Contact Us | Site Map
© 2023 LyneHalim.com | All Rights Reserved