Kain Batik Nusantara Berasal dari Jawa atau India?
Post Date: April 22, 2014

Kebanggaan Indonesia pada batik semakin tumbuh sejak batik dinobatkan sebagai Masterpiece of The Oral and Intangible Cultural Heritage of Humanity oleh Unesco. Jenis batik yang dicatatkan sebagai warisan budaya lisan dan non bendawi tersebut adalah batik tulis dan batik cap. Setelah itu, pada hari Jumat, 02 Oktober 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan hari tersebut sebagai hari Batik Nasional. Sejak itulah batik menjadi lebih populer dan semakin dibanggakan oleh masyarakat Indonesia. Para pegawai pemerintahan maupun instansi swasta pun telah membudayakan hari Jumat untuk memakai pakaian batik, sebagai baju kantor.

Itulah wajah batik saat ini yang semakin berkembang, selain motif-motif tradisional, semakin bermuculan pula berbagai motif modern yang dipengaruhi oleh perkembangan budaya dan sosial. Namun apabila ditilik ke belakang, dahulu wajah batik masih dalam gambaran sebagai kain istimewa yang hanya dipakai di lingkungan keraton (kerajaan). Jadi kemunculannya pun diperkirakan berasal dari keraton. Namun terdapat beberapa perbedaan mengenai lahirnya kain batik Nusantara di Indonesia.

Beberapa ahli menyatakan bahwa batik di Nusantara berasal dari India Selatan. Saat itu batik menjadi komoditas utama perdagangan antara Indonesia (Nusantara) dengan para pedagang di India Selatan. Namun ada beberapa yang menentang hal tersebut. Ada seorang ahli yang menyatakan bahwa Nusantara telah mengenal teknik pembuatan batik sebelum masuknya pengaruh India. Perkembangan batik di Indonesia telah mencapai kesempurnaannya pada abad ke-14 hingga ke-25. Sedangkan di India baru tercapai antara abad 17 hingga 29.

Pendapat tersebut semakin mengarah dengan adanya bukti berupa patung-patung candi di Indonesia di abad ke-9 yang melukiskan ornamen kawung, lereng, ceplok, dan motif cindhe. Meski begitu seorang peneliti lain, yaitu Nine Stephenson menyatakan bahwa asal mula batik belum bisa diketahui secara pasti, karena dokumentasi tertulis dari masa lalu yang masih ada. Nine juga menyebutkan bahwa Indonesia menjadi kawasan yang strategis sebagai tempat persinggahan para pedagang, sehingga terjadilah pertukaran budaya antar berbagai bangsa.

Nilai Batik di Lingkungan Keraton
Post Date: April 21, 2014

Eksistensi batik dalam kesehariannya ditampilkan dari berbagai jenis pakaian seperti kemeja, blouse, rok (bawahan), jas, jaket, cardigan, celana, dress, dan mode pakaian lainnya. Masih dalam dunia fashion batik pun diaplikasikan pada tas, sepatu, syal, dan aksesoris. Sedangkan dalam bentuk kerajinan pun batik menjadi motif atau corak yang banyak digunakan saat ini. Hal ini tidak terlepas dari upaya batik yang keluar dari mainstreamnya sebagai pakaian yang identik digunakan oleh raja-raja dan keluarga keraton.

Menurut Mari Condronegoro, pada dasarnya batik adalah alat yang digunakan sebagai pakaian oleh raja-raja Jawa atau di lingkungan keraton. Kain batik dalam lingkungan keraton merupakan kelengkapan busana yang dipergunakan untuk segala keperluan, baik untuk sehari-hari, busana keprabon, atau untuk menghadiri upacara-upacara.

Asal mula batik yang sebagai hasil karya murni kerajaan, terutama Jawa sebenarnya masih menjadi perdebatan. Ada yang mengatakan bahwa batik sebenarnya berasal dari India, namun dengan harganya yang cukup mahal menjadikannya barang mewah, hanya kaum bangsawan saja yang mampu membelinya. Terlepas dari hal tersebut, menurut sejarah versi Jawa, pembuat batik di kalangan kraton awalnya dibuat oleh Putri raja. Dahulu seorang putri raja harus bisa membuat batik untuk melatih kesabaran.

Dalam lingkungan keraton sebenarnya batik memang sudah dipakai dalam keseharian yang biasanya dipadukan dengan atasan kebaya. Namun dalam memakai kain batik memiliki aturan tertentu, tidak semua motif batik dapat dipakai kapan saja. Karena itulah muncul motif batik larangan, yaitu motif atau corak gambar pada kain batik yang dianggap memiliki nilai-nilai tertentu.

Hal tersebut telah menyiratkan bahwa batik memang memiliki nilai-nilai luhur yang ada dibalik setiap motifnya. Nilai-nilai tersebut disesuaikan dengan konteks kehidupan sehari-hari yang memunculkan aturan-aturan pada pemakaiannya. Aturan tersbeut berlaku untuk siapa saja yang dapat memakai motif atau corak batik, serta kapan harus digunakan. Maka dari itu, banyak yang menyimpulkan ketika masyarakat sudah tidak menggunakan pakaian batik sebagai pakaian tradisional, batik menjadi pakaian resmi saat menghadiri acara-acara besar dan resmi.

Sekilas Sejarah Batik di Dunia Fashion
Post Date: April 17, 2014

Dunia fashion kini telah benar-benar melirik batik sebagai bagian dari sederetan karya yang mampu berdiri sendiri sebagai karya masterpiece. Jika dahulu hanya identik digunakan di kalangan Keraton serta pada acara-acara resmi, seperti pernikahan, kenegaraan, dan lainnya,  kini batik semakin memasyarakat. Batik bisa dipakai dalam jenis acara apa pun dan kapan pun. Jenis bahan serta desainnya yang beragam inilah yang membuat batik dapat disesuaikan dengan acara dan kondisinya.

Kepopuleran batik ini tentunya menjadi sebuah pembaharuan yang sangat baik, karena sebelumnya batik lebih dianggap bersifat tradisional dan kuno, yanga hanya dikenakan oleh kalangan orang tua. Di tengah gencarnya tren dunia fashion yang selalu up to date, batik pun ikut membaur dengan desain dan paduan motif, corak, dan jenis kain lainnya untuk menghasilkan sesuatu yang lebih fresh dan inovatif. Namun dibalik itu semua, batik tetaplah karya agung yang lahir dari kebudayaan asli Jawa. Batik memiliki makna dan filosofi di balik setiap goresan chanting.

Kalangan muda pun tidak sekedar memakai, ada nilai-nilai yang berharga yang perlu diketahui di balik motifnya yang indah dan beragam. Jika ditilik secara historis, keberadaan batik ada sejak abad XVII yang ditulis atau dilukis pada daun lontar [rontal]. Saat itu, batik masih didominasi motif binatang dan tanaman. Namun seiring perkembangannya, motif atau corak batik mulai beragam dengan motif-motif abstrak yang menyerupai awan, candi, relief, wayang beber, dan sebagainya. Kemudian mulai muncul penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian yang saat ini kita kenal sebagai batik tulis.

Corak dan motif batik tradisional pun sangat beragam sesuai dengan filosofi dan budaya yang dimiliki setiap daerah. Khasanah budaya Indonesia yang kaya inilah yang melahirkan dan mendorong corak dan jenis batik dengan keistimewanya tersendiri.

Dunia fashion kini telah benar-benar melirik batik sebagai bagian dari sederetan karya yang mampu berdiri sendiri sebagai karya masterpiece. Jika dahulu hanya identik digunakan di kalangan Keraton serta pada acara-acara resmi, seperti pernikahan, kenegaraan, dan lainnya,  kini batik semakin memasyarakat. Batik bisa dipakai dalam jenis acara apa pun dan kapan pun. Jenis bahan serta desainnya yang beragam inilah yang membuat batik dapat disesuaikan dengan acara dan kondisinya.

Kepopuleran batik ini tentunya menjadi sebuah pembaharuan yang sangat baik, karena sebelumnya batik lebih dianggap bersifat tradisional dan kuno, yanga hanya dikenakan oleh kalangan orang tua. Di tengah gencarnya tren dunia fashion yang selalu up to date, batik pun ikut membaur dengan desain dan paduan motif, corak, dan jenis kain lainnya untuk menghasilkan sesuatu yang lebih fresh dan inovatif. Namun dibalik itu semua, batik tetaplah karya agung yang lahir dari kebudayaan asli Jawa. Batik memiliki makna dan filosofi di balik setiap goresan chanting.

Kalangan muda pun tidak sekedar memakai, ada nilai-nilai yang berharga yang perlu diketahui di balik motifnya yang indah dan beragam. Jika ditilik secara historis, keberadaan batik ada sejak abad XVII yang ditulis atau dilukis pada daun lontar [rontal]. Saat itu, batik masih didominasi motif binatang dan tanaman. Namun seiring perkembangannya, motif atau corak batik mulai beragam dengan motif-motif abstrak yang menyerupai awan, candi, relief, wayang beber, dan sebagainya. Kemudian mulai muncul penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian yang saat ini kita kenal sebagai batik tulis.

Corak dan motif batik tradisional pun sangat beragam sesuai dengan filosofi dan budaya yang dimiliki setiap daerah. Khasanah budaya Indonesia yang kaya inilah yang melahirkan dan mendorong corak dan jenis batik dengan keistimewanya tersendiri.