Blouse dalam Beragam Jenis Kain (bag. 2)
Post Date: April 30, 2014

Kain Jersey

Kain ini adalah jenis tekstil rajutan yang terbuat dari bahan full katun atau katun dengan campuran bahan sintesis. Kain jersey merupakan kain cotton stretch, halus, lembut, lebih tebal dari spandek, rayon, dan tidak berbulu. Kain ini tampak jatuh saat dikenakan.

Kain Denim

Kain ini adalah jenis kain dengan material yang kokoh dengan bahan dasar sejenis katin twill. Kain denim memiliki tekstur yang menyerupai karpet, namun lebih tipis dan halus. Pada awalnya kain denim ini diciptakan hanya dengan satu warna, yaitu indigo. Akan tetapi seiring perkembangannya, kain denim dibuat dengan beraneka warna seperti hitam, abu-abu, putih khaki, dan warna-warna terang lainnya seperti pink, hijau, dan biru terang. Kain denim sangat sesuai untuk penampilan yang casual dan selalu abadi sepanjang dunia perjalanan fashion. Sedangkan aplikasinya tidak hanya pada pakaian (atas dan bawah), tetapi juga untuk sepatu dan tas.

Kain Thaisilk

Jenis kain ini merupakan kain yang memiliki karakteristik mengkilat, tipis, lembut, dan tidak kaku, sehingga nyaman dipakai. kain thaisilk memiliki kesan mewah saat dikenakan dengan pilihan warnanya yang beragam.

Kain Satin

Kain ini dibuat dengan proses tenunan menggunakan teknik serat filamen, sehingga memiliki ciri khas berupa permukaan yang licin dan mengkilap. Jenis bahan satin banyak digemari karena akan memberikan kesan yang terlihat feminim, glamour, dan sensual. Selain untuk blouse, kain satin banyak digunakan untuk gaun pesta, gaun pengantin, celana atlet, kemeja, dasi, lingerie, dan tas.

Kain Chiffon

Secara etimologi, chiffon bersal dari bahasa Perancis berarti pakaian. Jenis kain ini terbuat dari sutra katun rayon atau bahkan serat sintesis. Blouse dengan bahan chiffon dapat dikenakan pada berbagai acara seperti pesta pernikahan, ke kantor, atau pun acara casual lainnya. Bahan chiffon memberikan kesan yang mewah saat dikenakan. Sedangkan kekurangan dan kelebihan bahan chiffon terletak pada ketebalan materialnya.

 

 Blouse dalam Beragam Jenis Kain (bag. 1)
Post Date: April 29, 2014

Mode fashion wanita memang sangat beragam. Dari satu model saja dapat dibuat berbagai macam desain. Salah satunya adalah blouse. Blouse adalah jenis pakaian wanita dengan model longgar yang pada umumnya dikenakan sebagai baju formal atau pakaian kerja. Namun seiring dengan perkembangan fashion yang selalu berubah dari waktu ke waktu, mode pakaian ini pun dapat dikenakan baik untuk acara formal maupun non formal. Sehingga pembuatan blouse tidak terbatas pada beberapa jenis kain saja. Berikut ini beberapa jenis bahan yang  dapat digunakan untuk blouse.

Kain Rayon

Kain ini merupakan bahan kain yang terbuat dari hasil regenerasi serat sellulosa yang berasal dari polimer organik. Bahan bakunya adalah kayu yang memiliki kadar sellulosa tinggi. Sehingga kain rayon termasuk ke dalam serat semi sintesis, karena tidak bisa digolongkan sebagai serat sintesis atau pun serat alami. Kain rayon memiliki tekstur yang halus dan lembut, sehingga sangat nyaman dan adem saat dikenakan dalam berbagai kondisi.

Kain Katun

Kain ini sering disebut cotton, yaitu jenis kain rajut (knitting) yang terbuat dari bahan dasar kapas. Kain katun memiliki karakteristik tidak mudah kusust saat dicuci, tidak luntur untuk bahan pewarna, serta sedikit kaku, namun terasa dingin. Jenis kain ini sangat mudah menyerap keringat sehingga sangat nyaman digunakan, sehingga banyak orang menyukai jenis kain ini.

Kain katun selain diaplikasikan untuk membuat pakaian dipakai pula untuk pembuatan sprei, bedcover, dan lainnya. Jenisnya kain ini pun beragam, diantaranya katun Jepang, katun Paris, katun silk, katun biasa, dan katun foil.

Kain Shantung

Jenis kain ini adalah kain yang berbahan dasar dari serat katun, dan terkadang dicampur dengan serat sintesis. Kain shantung memiliki karakteristik dengan tekstur yang halus, lembut, dan dingin.  Kain shantung memiliki beberapa jenis, mulai dari yang tipis hingga tebal.

Batik Yogyakarta- Setiap Goresan Chanting Memiliki Nilai–Nilai Filosofis (bag. 2)
Post Date: April 28, 2014

Kedua adalah motif Kawung. Motif ini dijelaskan sebagai batik yang menyatu dan membentuk menyerupai sebuah lingkaran. Motif Kawung memiliki makna kesucian, sehingga boleh dipakai dalam pernikahan. Sebagai simbol kesucian motif batik ini juga sering digunakan sebagai penutup jenazah. Hal ini berhubungan dengan makna kesucian, karena orang yang sudah meninggal diharapkan agar disucikan kembali.

Motif Kawung konon juga melambangkan kesuburan. Sehingga motif batik ini dahulunya hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan atau pun keluarga jauh yang memiliki gelar raden mas atau raden. Motif Kawung merupakan jenis motif batik tertua. Sama dengan motif Parang, Kawung juga memiliki nilai filosofis yang tinggi. Motif ini termasuk dalam golongan motif geometris, karena bentuknya yang merupakan lingkaran-lingkaran (ada empat lingkaran) yang membentuk menjadi satu lingkaran.

Bentuk motif Kawung juga menyerupai timbangan, sehingga ada anggapan lain bahwa motif ini tidak baik digunakan dalam pernikahan. Dikhawatirkan akan membuat pernikahan seseorang penuh pertimbangan. Dalam lingkungan keraton, motif Kawung biasanya dipakai dalam keseharian. Motif Kawung dan Parang termasuk ke dalam motrif geometris yang termasuk ke dalam motif larangan. Sehingga hanya khusus dikenakan oleh keluarga keraton. Masih ada satu jenis motif Larangan lagi, yaitu Gurdo atau Sawat.

Motif Gurdo memiliki bentuk sayap burung. Pemakai motif ini adalah raja yang dipercaya akan mendapat pengaruh besar, karena dengan motif ini diharapkan raja mampu mengayomi rakyatnya. Motif Gurdo berbentuk Lar atau Burung Garuda yang melambangkan keperkasaan dan keberanian. Burung Garuda yang juga merupakan tunggangan Dewa Wisnu, dalam motif ini melambangkan makna agar Raja memiliki keberanian dan keperkasaan sebagai seorang  pemimpin.

Selain itu, masih ada beberapa jenis motif batik Yogyakarta diantaranya Sidomukti dan Sidoasih yang baisa digunakan dalam perkawinan. Motif-motif tersebut juga menyimpan nilai filosofis tersendiri yang diharapkan dapat berpengaruh pada pemakainya. Hal inilah mengapa Keraton pada masa itu memiliki pengaruh besar secara politik dan budaya dengan memberikan aturan-aturan mengenai pemakaian batik.

Batik Yogyakarta- Setiap Goresan Chanting Memiliki Nilai–Nilai Filosofis (bag. 1)
Post Date: April 25, 2014

Pada batik Jawa, terutama Yogyakarta dikenal beberapa motif khas batik diantaranya Parang, Kawung, dan Gurdo atau Sawat. Dalam setiap jenis motifnya mengandung makna dan nilai-nilai filosofis yang berbeda. Sehingga pemakainnya pun akan disesuaikan dengan acaranya.

Parang memiliki arti senjata. Sehingga motif batik ini tidak baik jika dikenakan pada acara pernikahan atau untuk mendatangi acara pernikahan. Motif Parang memiliki tiga bagian, yaitu Parang Klithik, Parang, Barong, dan Parang Rusak. Motif Parang Klithik adalah motif Parang dengan ukuran yang kecil. Sedangkan Parang Rusak adalah motif Parang dengan ukuran sedang. Sementara Parang Barong merupakan motif parang berukuran besar. Motif ini dipercaya memiliki makna yang sakral dan suci. Sehingga zaman dahulu motif batik ini hanya boleh dipakai oleh Sultan atau Raja. Selain itu motif ini juga hanya boleh dipakai pula untuk keluarga raja pada acara-acara kenegaraan.

Motif Parang melambangkan perjuangan manusia melawan ‘kejahatan’ secara internal, atau nafsu tidak baik yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Perjuangan ini dengan cara mengontrol atau mengendalikan diri sendiri secara bijaksana, sehingga kebaikan dari dalam diri akan keluar mengalahkan nafsu (diri) jahat (kotor). Sedangkan Parang Barong hanya khusus dikenakan Sultan saat prosesi atau upacara kenaikan takhta.

Motif Parang memang termasuk ke dalam motif Larangan. Sehingga rakyat biasa atau golongan bukan keraton tidak diperkenankan memakai batik motif ini. Motif Parang memiliki makna sebagai penangkal kebatilan, lambang kekuatan, kecepatan, pertumbuhan, dan kesucian. Dengan nilai filosofis inilah yang mampu menjelaskan mengapa motif Parang tidak boleh dikenakan sembarang orang. Motif ini hanya dipakai oleh orang yang dianggap ‘pantas’.

 

Antara Batik Yogyakarta dan Batik Surakarta- Beda Motif, Beda Maknanya
Post Date: April 24, 2014

Meski batik Jawa, yaitu Yogyakarta dan Surakarta memiliki banyak kesamaaan, apabila dilihat secara kasatmata sebenarnya memiliki perbedaan, terutama pada motif-motif yang dimiliki serta warna dasarnya. Dari segi warna batik Surakarta memiliki latar dominan adalah sogan atau coklat kekuningan. Sedangkan batik Yogyakarta mempunyai latar warna yang gelap atau hitam dan terang putih dengan ornamen coklat atau indigo. Sementara itu jika dilihat dari motifnya batik Surakarta lebih halus (smooth) feminin dan berkembang bebas. Sementara itu batik Yogyakarta memiliki motif yang memberikan kesan tegas maskulin dengan perkembangan yang diatur.

Pada pemakaiannya mode fashion batik Surakarta cenderung terbuka dan uniseks. Sedangkan batik Yogyakarta diatur dalam berbagai tingkatan. Sedangkan pada ‘motif larangan’nya berbeda, motif larangan pada batik Surakarta diantaranya udan riris, modang, dan cemungkiran. Sedangkan pada batik Yogyakarta memiliki beberapa motif diantaranya sawat, gurdo, dan parang gurdo. Sementara itu pada motif utama, yaitu motif yang dapat diidentikkan atau penanda asal motif kain, batik Yogyakarta memiliki beberapa jenis, yaitu parang, gurdo, dan kawung. Namun pada batik Surakarta tidak memiliki jenis motif utama.

Di sinilah yang benar-benar membedakan antara batik yogyakarta dan surakarta. Batik Yogyakarta memang terkenal dengan tiga motif utamanya, yaitu parang, kawung, dan gurdo. Motif tersebut merupakan motif yang paling khas Jogja. Sedanbgkan dalam batik Surakarta tidak memiliki motif gurdo, namun motif Parang. Motif ini juga memiliki perbedaan dengan batik Yogyakarta, motif parang Surakarta memiliki tambahan ornament tertentu, tidak hanya murni parang saja.

Pada dasarnya motif batik terdiri atas dua, yaitu motif geometris dan motif non geometris. Pada motif non geometris memiliki ciri motif atau corak yang tidak beraturan dan bisa berbeda antara satu sisi dengan sisi lainnya. Sedangkan motif geometris memiliki susunan yang rapi (geometris), tersusun, dan sejajar. Segi inilah yang nantinya akan membedakan motif batik Yogyakarta dan Surakarta dalam nilai-nilai filosofi yang terkandung di dalam setiap goresan chantingnya.